
Tren Ekonomi Global Melambat, Bagaimana Dampaknya bagi Indonesia Tahun Ini?
JAKARTA, iNews.id – Perekonomian global tahun ini diprediksi melambat. Tren ekonomi global akan berdampak luas, termasuk Indonesia.
Perekonomian global diperkirakan akan menghadapi tantangan berat pada tahun 2023. Hal ini setelah dunia menghadapi berbagai tantangan pada tahun lalu.
Tim Litbang MPI mengutip dari dokumen World Bank Group berjudul “Global Economic Prospects”, menyimpulkan bahwa tahun 2022 merupakan tahun yang sulit bagi ekonomi global. Guncangan krisis pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama 2 tahun mulai pulih, situasi diperparah dengan invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari 2022.
Konflik geopolitik memiliki efek di seluruh dunia. Konflik berdampak negatif pada pasar komoditas, rantai pasokan, inflasi, dan kondisi keuangan. Perekonomian global juga menunjukkan tren penurunan.
Perang juga memengaruhi harga beberapa komoditas. Sebagian besar komoditas yang mengalami kenaikan harga berada di sektor pertanian dan pertambangan.
Grafik Bank Dunia menunjukkan bahwa harga minyak kedelai dan minyak sawit melonjak masing-masing sebesar 33,2 persen dan 32,1 persen. Kenaikan harga terbesar terjadi pada kalium klorida yang mencapai lebih dari 100 persen, sedangkan batu bara naik 74,7 persen, dan nikel melonjak 51,7 persen.
Sementara itu, dampak perang Rusia-Ukraina yang paling terasa bagi Indonesia adalah anjloknya nilai rupiah. Seperti dikutip dari Sindonews, ekonomi Indonesia terancam stagflasi atau melambat. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia diimbau untuk waspada dalam menyikapi berbagai fenomena global yang terjadi.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai pertumbuhan ekonomi global pada 2022-2023 akan melemah. Dia mengatakan pelemahan itu karena kondisi geopolitik dan ketidakpastian pasar keuangan global.
Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan ekonomi global tahun lalu dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen. Sedangkan tahun ini dipotong menjadi 2,9 persen, kemudian dikoreksi lagi menjadi 2,7 persen. Sementara itu, inflasi di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 9,5 persen.
Sementara itu, ada 5 tren yang harus diwaspadai pada 2023. Mengutip IDXChannel, lima tren tersebut adalah pertumbuhan dan resesi yang lambat, inflasi dan suku bunga, percepatan globalisasi, kebangkrutan, dan pembukaan kembali China. Dari kelima tren tersebut, yang terpenting adalah dibukanya kembali China setelah negara tersebut menutup perbatasannya.
Sebagai salah satu pusat ekonomi dunia, ekonomi China sempat lumpuh di masa pandemi Covid-19. China memberlakukan lockdown dan menutup perbatasannya selama hampir 3 tahun karena penyebaran virus Corona yang masif. Namun, pada 8 Januari 2023, pemerintah China melonggarkan semua peraturan dan mulai membuka perbatasannya.
Dengan kebijakan China, pemulihan ekonomi global akan terjadi secara bertahap. Ini dianggap sebagai tren yang patut diperhatikan.
The Guardian menyebut China akan menggunakan berbagai pendekatan untuk kembali mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Cina berani menghabiskan banyak uang untuk konstruksi.
Pada tahun 2023, diprediksikan juga akan terjadi peningkatan kebangkrutan. Hal ini dipicu oleh kenaikan suku bunga yang akan mempengaruhi perusahaan atau orang yang terlalu banyak meminjam. Sedangkan harga komoditas gas dan listrik diprediksi melonjak 23 persen tahun ini.
Editor: Jujuk Ernawati
Ikuti iNews di Google Berita
Bagikan Artikel: