
Sinergi Diperlukan untuk Jaga Ekonomi Indonesia
JAKARTA, iNews.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto, mengatakan sinergi antarberbagai pihak diperlukan untuk menjaga ekonomi Indonesia dari ancaman krisis global.
Menurut dia, ancaman krisis global meningkat seiring konflik antara Palestina-Israel yang kembali memanas. Hal itu, dapat memperparah perlambatan ekonomi.
“Perlambatan ekonomi dunia dan berbagai risiko serta ketidakpastian global, berpotensi akan meningkatkan risiko bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2023 dan di 2024,” kata Menko Airlangga melalui keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (21/10/2023).
Dia menjelaskan, perlambatan ekonomi global dinilai akan meningkatkan risiko terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2023.
Di tahun depan, lanjutnya, peningkatan risiko global diperkirakan juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mampu mencapai 5,2 persen.
Menko Perekonomian menyampaikan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,3 persen (yoy) pada 2023, diperkirakan kebutuhan investasi yang diperlukan yakni sebesar Rp6.189,10 triliun.
“Mayoritas porsi investasi dari masyarakat sebesar 84,7 persen, kemudian dari pemerintah sebesar 9,7 persen, dan selebihnya dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” ujar Menko Airlangga.
Sedangkan untuk meraih target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen (yoy) pada 2024, kebutuhan investasi yang diperlukan dari berbagai pelaku ekonomi yakni berada pada kisaran Rp6.900 triliun.
Jika dilihat dari sumber investasinya, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari investasi pemerintah, perbankan, pasar modal, capital expenditure BUMN, penanaman modal, serta internal pendanaan korporasi.
Dengan target pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan investasi tersebut, sektor Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada 2024 diharapkan mampu memberikan sumbangsih investasi sekitar Rp1.600 triliun.
“Berdasarkan share realisasi tahun 2022 dan target 2023, sumber dari PMA dan PMDN mampu memberikan sumbangan sekitar 22 persen dari total kebutuhan investasi,” ungkap Menko Airlangga.
Selain memperhatikan data historis dan kebutuhan untuk pemenuhan target pertumbuhan, ada beberapa hal lain yang juga menjadi pertimbangan, di antaranya yakni pemberlakuan Undang-Undang Cipta Kerja.
Selanjutnya, berbagai kebijakan kemudahan berusaha yang terus digulirkan, kebutuhan investasi yang besar untuk mendukung kebijakan hilirisasi dan transisi energi, serta kebutuhan investasi dalam penyelesaian berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Dengan memperhatikan kondisi tersebut, dalam Ratas Pembahasan Kebijakan Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) Tahun 2024 pada Februari 2023, telah dibahas bersama Presiden Joko Widodo mengenai target penanaman modal untuk 2024 yakni sebesar Rp1.650 triliun.
“Pemerintah, investor, asosiasi dan pelaku usaha, perbankan, maupun media berperan sangat penting dalam membangun optimisme pembangunan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak diharapkan dapat bersinergi dan memberi kontribusi yang terbaik dalam menghadapi berbagai tantangan global yang tidak mudah,” kata Airlangga.
Dia mengatakan, dunia masih terus dibayangi berbagai risiko dan ketidakpastian. Mulai dari risiko pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melemah, harga komoditas yang volatil, geopolitik perang Ukraina-Rusia dan konflik Palestina-Israel.
Selain itu, fragmentasi ekonomi, ancaman El Nino dan perubahan iklim, risiko debt-distress, kontraksi PMI Manufaktur global, serta meningkatnya harga minyak dunia.
Itu sebabnya, pertumbuhan ekonomi global masih lemah dan melambat serta tidak merata, pada 2023 diperkirakan hanya tumbuh 2,9 persen dan pada 2024 menurun ke 2,8 persen.
Editor : Jeanny Aipassa
Follow Berita iNews di Google News
Bagikan Artikel: