
Riset Indeks Bisnis UMKM Prediksi Resesi Indonesia Hanya 3 Persen, Dirut BRI: Indonesia Bisa Bertahan
JAKARTA, iNews.id – Indonesia diyakini mampu menghadapi ancaman resesi global pada tahun 2023, sejalan dengan peningkatan belanja konsumsi dan kepercayaan bisnis di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Direktur Utama (Direktur) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sunarso mengatakan, keyakinan tersebut terkait hasil kajian Indeks Bisnis UMKM kuartal IV 2022. Berdasarkan hasil kajian tersebut, peluang resesi ekonomi Indonesia diperkirakan hanya 3 persen.
Sunarso mengungkapkan, hasil riset ini semakin memperkuat keyakinan menghadapi tantangan resesi global pada 2023. Menurutnya, ada dua faktor yang membuat Indonesia tangguh menghadapi resesi pada 2023, yakni peningkatan konsumsi domestik dan peningkatan konsumsi domestik. UKM.
“Dua faktor inilah yang membuat kita tabah menghadapi kondisi 2023,” kata Sunarso dikutip dari rilisnya, Senin (13/2/2023).
Sebagai informasi, situasi ekonomi Indonesia yang terus membaik pascapandemi membuat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berkembang. Alhasil, bisnis UMKM terus tumbuh dan bertahan di tengah kekhawatiran resesi global.
Hal ini tercermin dari aktivitas bisnis UMKM yang meningkat pada triwulan IV tahun 2022, dimana indeks bisnis UMKM meningkat dari 103,2 (triwulan III tahun 2022) menjadi 105,9 (triwulan IV tahun 2022).
Peningkatan tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu meningkatnya aktivitas masyarakat di luar rumah seiring dengan penyebaran wabah Covid-19 yang mulai mewabah menyebabkan permintaan barang dan jasa juga meningkat.
Kemudian pengenalan kembali PTM (belajar tatap muka) dan WFO (Work From Office) telah mendorong peningkatan permintaan produk/jasa untuk beberapa kegiatan bisnis dan perayaan HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) dalam bentuk Natal. dan libur akhir tahun serta menyambut tahun baru.
Pada kuartal IV 2022, lanjut dia, banyak proyek pemerintah yang harus diselesaikan sebelum tutup buku di akhir tahun, sehingga memberikan peluang bisnis bagi pelaku UKM di sektor konstruksi, dimana peningkatan permintaan direspon oleh pelaku UKM dengan meningkatkan produksi dan harga jual barang/jasanya, sehingga omzet usaha pada triwulan IV tahun 2022 membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Kenaikan indeks usaha UMKM terjadi di semua sektor usaha, kecuali sektor pertanian,” kata Sunarso.
Penurunan sektor pertanian terutama disebabkan musim tanam tanaman pangan yang turun setiap tahunnya pada triwulan IV tahun 2022 sehingga mengakibatkan hasil panen yang sedikit.
Selain itu, musim hujan menyebabkan beberapa tanaman hortikultura membusuk, nelayan sulit melaut, dan harga barang input (terutama pupuk) mahal dan terbatas di beberapa daerah.
Sejalan dengan perbaikan indeks bisnis, sentimen bisnis UMKM juga meningkat secara signifikan. Hal ini terkait dengan kehidupan yang semakin normal pascapandemi, aktivitas ekonomi semakin meningkat dan diikuti dengan pulihnya daya beli masyarakat.
Sementara itu, penghapusan PPKM, peristiwa menjelang HBKN (bulan puasa) dan prospek ekonomi yang tetap baik dinilai berdampak positif terhadap kinerja usaha debitur.
Tren perputaran bisnis terus meningkat, bahkan lebih tinggi dan lebih tinggi dari rata-rata sebelum pandemi. Hal ini tercermin dari 27,9 persen (kuartal IV 2022) pelaku UKM yang menyatakan omzet usahanya melebihi rata-rata sebelum pandemi, meningkat dibandingkan periode survei sebelumnya yang hanya 16,2 persen.
Oleh karena itu, sebagian besar pelaku UKM meyakini bahwa kondisi usaha tahun 2023 akan lebih baik dari tahun 2022. Namun, ada beberapa faktor yang dikhawatirkan pelaku UKM di tahun 2023 yang dapat memperlambat usahanya.
“Kenaikan suku bunga, resesi ekonomi global, minimnya input barang, kenaikan harga barang dan jasa, serta masih berlanjutnya penyebaran wabah Covid-19 menjadi perhatian para pelaku UMKM. ” kata Sunarso.
Editor : Jeanny Aipassa
Ikuti iNews di Google Berita
Bagikan Artikel: