
Indeks Harga Konsumen China Naik di Agustus 2023, Tekanan Deflasi Mereda
BEIJING, iNews.id – Tekanan deflasi China mereda seiring Indeks harga konsumen (CPI) yang naik 0,1 persen pada Agustus 2023 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Biro Statistik Nasional, Jumat (8/9/2023), melaporkan deflasi di tingkat pabrik melambat pada bulan Agustus karena meningkatnya permintaan untuk beberapa produk industri dan kenaikan harga minyak mentah internasional.
Indeks harga produsen (PPI) turun 3,0 persen dari tahun sebelumnya, sesuai dengan ekspektasi, setelah sebelumnya turun 4,4 persen di Juli 2023. Penurunan harga pabrik merupakan yang terkecil dalam lima bulan terakhir.
Perubahan harga yang lemah di China sangat kontras dengan lonjakan inflasi yang dialami sebagian besar negara besar lainnya sejak pandemi Covid-19 mereda, sehingga memaksa bank sentral menaikkan suku bunga dengan cepat.
China pada Juli 2023 menjadi negara pertama dalam Kelompok 20 negara kaya yang melaporkan penurunan harga konsumen dari tahun ke tahun sejak angka utama CPI negatif terakhir di Jepang pada bulan Agustus 2021.
Data perdagangan bulan Agustus menunjukkan ekspor dan impor Tiongkok mempersempit penurunannya, bergabung dengan serangkaian indikator lain yang menunjukkan kemungkinan stabilisasi dalam pelemahan ekonomi, karena para pembuat kebijakan berupaya untuk memacu permintaan dan mencegah deflasi.
“Dengan berkurangnya tekanan deflasu, kami melihat tanda-tanda awal stabilisasi pertumbuhan, sebuah tren yang tercermin pada harga komoditas yang lebih tinggi pada bulan Agustus,” kata analis ANZ, seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/9/2023).
Biro Statistik Nasional China, dalam laporan pada Jumat (8/9/2023), mengatakan inflasi inti, tidak termasuk harga makanan dan bahan bakar, tidak berubah sebesar 0,8 persen di Agustus 2023.
Harga pangan turun 1,7 persen dibandingkan tahun lalu, sementara biaya non-makanan naik 0,5 persen. Sementara harga daging babi naik 11,4 persen bulan ke bulan.
“Secara umum (tingkat) inflasi masih menunjukkan lemahnya permintaan dan memerlukan lebih banyak dukungan kebijakan di masa mendatang,” kata Zhou Hao, kepala ekonom di Guotai Junan International, seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/9/2023).
Pemerintah China telah mengumumkan serangkaian langkah dalam beberapa bulan terakhir untuk menopang pertumbuhan, termasuk penurunan suku bunga hipotek dan pelonggaran aturan pinjaman pada minggu lalu oleh pihak berwenang untuk membantu pembeli rumah.
Perdana Menteri China, Li Qiang, mengatakan pada minggu ini bahwa Tiongkok diperkirakan akan mencapai target pertumbuhan tahun 2023 sebesar sekitar 5 persen, namun beberapa analis yakin target tersebut mungkin tidak tercapai
Kepala Ekonom di Jones Lang Lasalle, Bruce Pang, mengatakan target pertumbuhan ekonomi China kemungkinan terkendala merosotnya sektor properti, lemahnya belanja konsumen, dan jatuhnya pertumbuhan kredit.
Untuk menjaga stabilitas pertumbuhan, lanjutnya, Bank Sentral China dapat terus memangkas suku bunga dan rasio persyaratan cadangan bank. Diperkirakan CPI dan PPI kemungkinan akan menunjukkan sedikit perbaikan pada kuartal IV 2023.
Editor : Jeanny Aipassa
Follow Berita iNews di Google News
Bagikan Artikel:
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews.id tidak terlibat dalam materi konten ini.