
Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh hingga 5,09 Persen di Triwulan III 2023
JAKARTA, iNews.id – Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,05 persen hingga 5,09 persen di triwulan III 2023. Hal itu, dipengaruhi kondisi ekonomi moneter global dan iklim politik di dalam negeri.
Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, mengatakan kondisi ekonomi moneter global dan iklim politik dalam negeri menjadi dua faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai triwulan III 2023 hingga tahun 2024.
Menurut dia, dengan mempertimbangkan situasi saat ini dan mendatang, PDB Indonesia akan mencapai 5,0 persen-5,1 persen di 2023, dan stabil di angka 5,0 persen-5,1 persen di 2024.
“Ini melanjutkan akselerasi pertumbuhan sejak triwulan akhir 2022, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,17% (yoy) di triwulan II-2023,” ungkap Riefky dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin (6/11/2023).
Dia mengungkapkan, periode Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan memiliki dampak pada pertumbuhan dan berbagai indikator makroekonomi lainnya di tahun depan.
Seperti diketahui, Indonesia akan melaksanakan pemilu serentak untuk pertama kalinya dari level nasional hingga kabupaten/kota pada tahun 2024. Hal ini mendorong terjadinya injeksi likuiditas dalam jumlah besar ke perekonomian akibat adanya pengeluaran kampanye dan belanja publik.
Besarnya dampak pengganda di perekonomian akan memicu konsumsi domestik selama tahun 2024 mengingat pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/Kota diperkirakan akan terjadi menjelang akhir tahun
Riefky mengatakan, meskipun pertumbuhan industri manufaktur, yang merupakan penopang utama perekonomian Indonesia, meningkat menjadi 4,88 persen (yoy), tingkat pertumbuhannya masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi.
“Seluruh komponen pengeluaran, kecuali ekspor dan impor, mengalami pertumbuhan positif, termasuk belanja pemerintah yang mengindikasikan lonjakan pertumbuhan hingga 10,62 persen (yoy) pada triwulan II 2023,” ujar Riefky.
Dia menyebut, pemilu serentak dan kondisi moneter global akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi perekonomian domestik di 2024.
“Kebijakan moneter global akan mempengaruhi tingkat depresiasi dan permintaan global yang akan berdampak terhadap perekonomian domestik melalui perdagangan eksternal, biaya kredit, dan pertumbuhan investasi,” tutur Riefky.
Dia melanjutkan, dampak positif dari periode pemilu muncul akibat suntikan likuiditas secara masif untuk kebutuhan kampanye, pengeluaran publik yang dipengaruhi motif politik, serta peningkatan konsumsi swasta.
“Sementara itu, risiko dari periode pemilu tersebut akan muncul dari faktor pertumbuhan investasi seiring investor cenderung menjaga sentimen ’wait-and-see’ hingga hasil pemilu selesai,” ungkap Riefky.
Editor : Jeanny Aipassa
Follow Berita iNews di Google News
Bagikan Artikel: